Pemerintah Akan Buka 200 Ribu Hektar Lahan Sorgum, Dimulai dari 15 Ribu Hektare di NTT

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan pemerintah menargetkan pembukaan 200 ribu hektar untuk pengembangan komoditas sorgum.

Penanaman telah dimulai tahun ini di Nusa Tenggara Timur pada lahan seluas 15 ribu hektar.

“Saya sudah diberikan akses 10 persennya, berarti 1 juta ton itu kurang lebih ada 200 ribu hektar.

Nah ini nanti petani akan menanam,” kata dia saat ditemui di Komplek Gelora Bung Karno, Jakarta pada Ahad, 4 Desember 2022.

Perluasan tanaman sorgum akan terus ditingkatkan secara perlahan.

Ia mengungkapkan sorgum sangat potensial sebagai pangan alternatif pengganti nasi.

Oleh sebab itu, budidaya sorgum akan terus didorong sebagai antisipasi apabila hasil panen beras rendah.

Terlebih tanaman padi sangat bergantung pada cuaca, sedangkan sorgum relatif lebih kuat ditanam di lahan dengan kadar air yang minim.

“Apabila fenomena el nino atau musim kering datang bisa mengakibatkan krisis pangan, maka untuk mengantisipasi jauh-jauh hari kita sudah mengenalkan sorgum sebagai alternatif, karena sorgum itu tidak perlu banyak air dalam proses tanamnya,” ujarnya.

Selain untuk alternatif pangan, Moeldoko menjelaskan sorgum juga bermanfaat sebagai alternatif pakan ternak unggas selain jagung.

Apalagi kebutuhan jagung pakan di Indonesia, kata dia, mencapai 10 juta ton.

Selain itu, biji sorgum juga bisa diolah menjadi tepung.

Manfaat sorgum lainnya, 70 persen dari sari tanaman itu mengandung etanol sehingga bisa menjadi alternatif bahan bakar penyeimbang batu bara.

Karena itu, pengembangan sorgum juga dinilai dapat membantu pemerintah mencapai target nol emisi karbon pada 2060.

Pemerintah kini sedang membangun ekosistem sorgum secara bertahap, dengan menyiapkan offtaker, industri, dan budidaya.

Meski sorgum belum masif ditanam para petani di Indonesia, Moeldoko mengatakan masyarakat tidak perlu ragu menanam sorgum karena pemerintah akan menyiapkan benih sorgum yang unggul.

Badan Pangan Nasional pun telah berkolaborasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk mengembangkan riset benih sorgum yang terbaik.

“Karena ini membangun ekosistem maka prosesnya tidak bisa sekaligus, namun perluasannya akan terus bertambah karena sorgum ini dapat ditanam di daerah-daerah marginal.

Daerah marginal kita kan cukup banyak,” kata dia.

RIANI SANUSI PUTRI Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Tinggalkan Balasan