Amerika Serikat disebut menjadi salah satu negara yang bakal mengalami resesi pada 2023.
Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengungkapkan dampaknya ke sektor investasi di Indonesia.
Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi Indra Darmawan menjelaskan laju investasi akan melambat dengan tantangan ekonomi ke depan.
“Tentunya, investasi itu akan mengalami perlambatan.
Ini harus kita waspadai,” ujar dia di sela-sela acara The 10th Annual US-Indonesia Investment Summit di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta Pusat, pada Selasa, 5 Desember 2022.
Namun, menurut Indra, dampak resesi global 2023 tidak akan langsung terlihat.
Imbas resesi baru tampak pada kuartal kedua tahun depan.
Dengan demikian, ia menuturkan, terlalu dini jika menjelaskan dampak dari Amerika pada saat ini.
“Baru akan sangat terlihat kuartal kedua tahun depan bagaimana dampaknya.
Jadi kita lihat nanti,” ucap Indra.
Indra melanjutkan, kondisi ekonomi global tahun depan patut diwaspadai.
Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, kata dia, sudah menyatakan secara global ekonomi akan turun dari 3,1 ke 2,7 persen.
“Mungkin tidak akan berdampak terlalu besar tapi kita harus tetap waspada.
Tidak terlalu berdampak seperti oleh Malaysia, Thailand, atau Singapura dampaknya terhadap perekonomian kita,” tutur Indra.
Namun di luar dampak semua itu, ia menuturkan kondisi Indonesia, terutama yang berhubungan dengan neraca perdagangan, masih aman.
Apalagi, kata dia, porsi ekspor Indonesia tidak terlalu besar atau sekitar 36 pesen dari perekonomian Indonesia.
“Ini mungkin dampaknya tidak terlalu besar.” Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.